Keluarga
saya berlangganan TV kabel yang ber’merk’ ao*a sejak bulan nopember tahun lalu.
Jadi bulan lalu, nopember 2012, saya genap berlangganan TV kabel tersebut selama setahun. Tahun lalu, sebenarnya tidak ada
keinginan sama sekali untuk berlangganan TV kabel mengingat kebutuhan kami akan
tayangan TV sangat minim. Saat itu kami baru beberapa bulan pindah dari
Surabaya ke Madiun, kampung halaman saya. Dan oleh karena di Madiun tayangan TV
tidak sebanyak dan sebening di Surabaya, suami saya memutuskan berlangganan TV
saja, karena dia tidak ingin kehilangan acara TV kesayangannya, seperti ILC (Indonesia
Lawyer Club), Mata Najwa, Kick Andy, dan beberapa tayangan berbobot lainnya.
Pilihan
jatuh pada ao*a, salah satu TV berbayar yang menawarkan paket murah bangettt, hehe… Hanya dengan 59rb/bulan kami bisa menikmati 31
channel TV. Channel kesayangan suami saya ada, channel kesayangan
si kecil seperti
Disney Channel, Baby First maupun Jim Jam juga ada. Sementara saya? Ah saya tidak perlu TV, karena saya tidak
suka sinetron, gosip, dll, jadi yang terpenting ada acara memasak saja sudah
cukup ^^
Pelayanan
ao*a menurut saya cukup baik. Jika saya
baca dari hasil brosingan, beberapa mengeluhkan betapa tidak menyenangkannya
berlangganan ao*a. Mulai dari teknisi yang suka kasih harga semaunya (saya
tidak mengalami ini), sejumlah uang yang harus dikelurakan saat pelanggan
memutuskan untuk berhenti berlangganan (saya tidak mengalami ini), atau pun gambar
yang tiba-tiba hilang dari layar saat hujan (yang ini saya sempat
mengalaminya).
Alhamdulillah
saat awal pemasangan, sales maupun teknisi yang dikirim ke rumah saya sangat
bersahabat. Ketika teknisi memasang dekoder dan menyatakan beberapa jam lagi TV
akan aktif,
dan jika sampai malam belum aktif,
saya diminta menghubungi pihak sales atau teknisi. Teknisi saat itu
meminta biaya pemasangan sebesar Rp. 50.000 (di brosur tertulis Rp. 75.000),
ada diskon pemasangan katanya. Ok.
Hingga
malam ternyata dekoder saya belum berfungsi, akhirnya saya SMS teknisi dan
teknisi berjanji keesokan harinya akan datang ke rumah. Benar saja, keesokan
harinya agak siangan, sales (bukan teknisi) datang mengganti dekoder saya
dengan dekoder punya kantor (katanya) dan punya saya akan dibawa dulu untuk di
restart atau apalah saya nggak ngerti, dan akan ditukar kembali hari berikutnya.
Alhamdulillah hari itu juga saya bisa menikmati tayangan TV dengan kualitas
gambar dan suara yang jernih.
Untuk
pembayaran tiap bulan, saya suka dengan kelonggaran yang diberikan dari pihak
ao*a, pernah saya lupa dan belum sempat membayar selama dua bulan, namun tidak
ada acara pemblokiran di TV saya, padahal di awal sudah dijelaskan bahwa jika
melebihi batas tempo akan diblokir secara otomatis. Satu lagi, tiap saya
membayar dengan uang Rp. 60.000, saya selalu mendapat kembalian Rp. 1000 bukan
dalam bentuk permen, hehehe…
Masalah
sempat terjadi sekitar bulan Agustus kalo tidak September, saat orang tua saya
merenovasi rumah dengan menambah kamar dan ruangan santai di atas. Jebret. Jadilah,
sinyal TV tidak terdeteksi. Beberapa hari sempat kami diamkan, berharap itu hanyalah gangguan cuaca saja. Tapi
setelah tiga hari sama sekali tidak tayang, suami saya mulai curiga,
jangan-jangan pengaruh parabola yang tertutup atap rumah (genteng).
Akhirnya suami saya menelfon teknisi ao*a. Keesokan harinya langsung datang dan
benar saja, parabola harus dipindahkan. Saat teknisi memindahkan parabola
tersebut, saya menelfon CS ao*a dan menanyakan berapa biaya yang harus saya
ganti. Tapi pihak CS tidak menyebutkan angkanya dan menyerahkannya pada
teknisi. Akhirnya saya browsing, dan saya temukan angka kisaran Rp. 50.000 – Rp. 100.000. Saya
siapkan 50rb, karena saya pikir pasti tidak sampai 100rb karena pemindahan
parabola hanya sekitar tiga meter saja dari
tempat semula.
Beberapa
saat kemudian (lumayan lama sih, hehe...), teknisi
selesai dan menyerahkan nota. Saya mengernyitkan dahi. Tidak percaya dengan
angka yang tertera di sana. Rp. 25.000. Ha? Beneran? Nggak sampai 50rb? Saya jadi
mikir, selama ini saya banyak membaca keluhan-keluhan
pelanggan tentang mahalnya biaya pemindahan parabola, nah ini? 25rb, cyiinn.. Alhamdulillah... Oleh karena dari awal sudah saya niatkan
50rb, ya sudah saya serahkan selembar 50rb tersebut tanpa meminta kembalian.
Lalu,
sekitar tanggal 20an bulan nopember lalu, kami memutuskan berhenti berlangganan
ao*a. Lho kenapa? Jika pelayanan memuaskan, kenapa harus berhenti? Hmm, ini
bukan soal pelayanan atau sejenisnya, tapi karena kami menemukan TV berbayar
yang lebih hemat lagiiii (duh, dasar ibu-ibu, perhitungan buangett)…
Tidak bermaksud berpaling darinya, tapi boleh donk kalau kami ‘ganti
suasana’.
Nah,
proses berhenti berlangganan ini pun sungguh tidak sulit. Jadi saya (sangat)
sangat heran (lagi-lagi) jika banyak orang mengeluhkan besarnya
biaya yang harus dibayar jika ingin berhenti berlangganan. Sekitar 150rb-an.
Saat
googling, saya sempat menemukan tips agar terbebas dari biaya tersebut yaitu,
biarkan saja tagihan tidak usah dibayar selama berbulan-bulan, sampai teknisi
datang ke rumah untuk mengambil perkakas mereka, dan biasanya dengan begitu
mereka tidak meminta biaya pencabutan melainkan hanya biaya bulanan yang
tertunda saja. Tadinya saya berpikir untuk menjalankan ide konyol itu,
mengingat sudah 2 bulan kami belum membayar. Tapi suami melarang, tidak baik
katanya. Ya sudah, akhirnya tanggal 20an itulah, kami mendatangi kantor ao*a dan
membayar tunggakan selama 2 bulan tersebut lalu menyampaikan keinginan untuk
berhenti berlangganan. Si Mba bilang, pemberhentian akan dilakukan per tanggal
1, dan kami diminta untuk menunggu telefon dari pusat.
Dan
tanggal 2 Desember telefon rumah berdering. Kami mendapatkan telefon tersebut. Suami
saya yang mengangkat telefon, karena saat itu saya sedang ke luar kota bersama
si kecil dan keluarga besar.
Berikut
saya tuliskan obrolan suami saya dengan Si Mba dari kantor pusat. Sssttt… ini
akan menjadi tips terbaik untuk berhenti berlangganan tanpa membayar dan tanpa berbuat curang.
CS
: “Halo, selamat siang. Bisa bicara dengan Ibu Devina Listasari?”
Suami
: “Iya. Saya suaminya, ada apa Mba?”
CS
: “Ini saya mendapat laporan, katanya mau pindah dari paket Asyik ke paket
Cihuy ya?”
(Strategi
marketing. Padahal dia tahu kalo kami mo berhenti, hehehe…)
Suami
: “Enggak, Mba. Justru ini saya mau berhenti berlangganan, Mba.”
CS
: “Oh gitu ya, kenapa harus berhenti, Pak?”
Suami
: “Ya gimana ya, ini kan udah masuk musim hujan, gambarnya seperti biasa sering
hilang Mba, semula saya sih berharap ada peningkatan kualitas tapi ternyata
masih sama aja.”
CS
: “Oh gitu ya, baik Pak, kalau memang ingin berhenti berlangganan, Bapak harus
membayar biaya pencabutan 150rb, Pak.”
Suami
: “Saya sudah berlangganan setahun lebih masa nggak ada potongan, Mba?”
CS
: “Memang segitu, Pak.”
Suami
: “Gini deh, Mba, kalau misalkan saya beresi sendiri perkakas dari ao*a lalu
saya kembalikan langsung ke kantornya, apa saya masih harus bayar, Mba?”
CS
: “Oh kalau memang seperti itu, Bapak tidak perlu bayar, Pak.”
Suami
: “Ok. Terima kasih.”
CS
: “Iya, Pak. Sama-sama.”
Daaannn…
Finishing…
Dengan
semangat ’45 suami saya melepas kabel, parabola, beberapa besi, membersihkan
dekoder dari debu, dan beberapa aktivitas lainnya yang berhubungan dengan
perkakas ao*a
tersebut.
Dan
hari ini. 4 Desember 2012, kami menyerahkan semua perkakas tersebut. Tanpa bayar,
cyiinnn… Ah, suamiku memang cerdas, makin cinta deh, hehehe… Alhamdulillah, lumayan hemat 150rb, bisa buat
traktir mie ayam kesukaannya, hayooo siapa mau ikutan??!!!
Jika kita ingin melakukan suatu hal, jangan terpancing dengan opini negatif dari orang-orang, belum tentu hal negatif yang terjadi pada orang lain juga akan terjadi pada kita. Intinya, selalu berpikir positif (^_^)
makasih ceritanya mbak, ni aq lagi nyari2 tv kabel :D
BalasHapus