Selasa, 04 Desember 2012

Berhenti Berlangganan TV Kabel




Keluarga saya berlangganan TV kabel yang ber’merk’ ao*a sejak bulan nopember tahun lalu. Jadi bulan lalu, nopember 2012, saya genap berlangganan TV kabel tersebut selama setahun. Tahun lalu, sebenarnya tidak ada keinginan sama sekali untuk berlangganan TV kabel mengingat kebutuhan kami akan tayangan TV sangat minim. Saat itu kami baru beberapa bulan pindah dari Surabaya ke Madiun, kampung halaman saya. Dan oleh karena di Madiun tayangan TV tidak sebanyak dan sebening di Surabaya, suami saya memutuskan berlangganan TV saja, karena dia tidak ingin kehilangan acara TV kesayangannya, seperti ILC (Indonesia Lawyer Club), Mata Najwa, Kick Andy, dan beberapa tayangan berbobot lainnya.

Pilihan jatuh pada ao*a, salah satu TV berbayar yang menawarkan paket murah bangettt, hehe… Hanya dengan 59rb/bulan kami bisa menikmati 31 channel TV. Channel kesayangan suami saya ada, channel kesayangan si kecil seperti Disney Channel, Baby First maupun Jim Jam juga ada. Sementara saya? Ah saya tidak perlu TV, karena saya tidak suka sinetron, gosip, dll, jadi yang terpenting ada acara memasak saja sudah cukup ^^

Pelayanan ao*a menurut saya cukup baik. Jika saya baca dari hasil brosingan, beberapa mengeluhkan betapa tidak menyenangkannya berlangganan ao*a. Mulai dari teknisi yang suka kasih harga semaunya (saya tidak mengalami ini), sejumlah uang yang harus dikelurakan saat pelanggan memutuskan untuk berhenti berlangganan (saya tidak mengalami ini), atau pun gambar yang tiba-tiba hilang dari layar saat hujan (yang ini saya sempat mengalaminya).

Alhamdulillah saat awal pemasangan, sales maupun teknisi yang dikirim ke rumah saya sangat bersahabat. Ketika teknisi memasang dekoder dan menyatakan beberapa jam lagi TV akan aktif, dan jika sampai malam belum aktif, saya diminta menghubungi pihak sales atau teknisi. Teknisi saat itu meminta biaya pemasangan sebesar Rp. 50.000 (di brosur tertulis Rp. 75.000), ada diskon pemasangan katanya. Ok.

Hingga malam ternyata dekoder saya belum berfungsi, akhirnya saya SMS teknisi dan teknisi berjanji keesokan harinya akan datang ke rumah. Benar saja, keesokan harinya agak siangan, sales (bukan teknisi) datang mengganti dekoder saya dengan dekoder punya kantor (katanya) dan punya saya akan dibawa dulu untuk di restart atau apalah saya nggak ngerti, dan akan ditukar kembali hari berikutnya. Alhamdulillah hari itu juga saya bisa menikmati tayangan TV dengan kualitas gambar dan suara yang jernih.

Untuk pembayaran tiap bulan, saya suka dengan kelonggaran yang diberikan dari pihak ao*a, pernah saya lupa dan belum sempat membayar selama dua bulan, namun tidak ada acara pemblokiran di TV saya, padahal di awal sudah dijelaskan bahwa jika melebihi batas tempo akan diblokir secara otomatis. Satu lagi, tiap saya membayar dengan uang Rp. 60.000, saya selalu mendapat kembalian Rp. 1000 bukan dalam bentuk permen, hehehe…

Masalah sempat terjadi sekitar bulan Agustus kalo tidak September, saat orang tua saya merenovasi rumah dengan menambah kamar dan ruangan santai di atas. Jebret. Jadilah, sinyal TV tidak terdeteksi. Beberapa hari sempat kami diamkan, berharap itu hanyalah gangguan cuaca saja. Tapi setelah tiga hari sama sekali tidak tayang, suami saya mulai curiga, jangan-jangan pengaruh parabola yang tertutup atap rumah (genteng). Akhirnya suami saya menelfon teknisi ao*a. Keesokan harinya langsung datang dan benar saja, parabola harus dipindahkan. Saat teknisi memindahkan parabola tersebut, saya menelfon CS ao*a dan menanyakan berapa biaya yang harus saya ganti. Tapi pihak CS tidak menyebutkan angkanya dan menyerahkannya pada teknisi. Akhirnya saya browsing, dan saya temukan angka kisaran Rp. 50.000 – Rp. 100.000. Saya siapkan 50rb, karena saya pikir pasti tidak sampai 100rb karena pemindahan parabola hanya sekitar tiga meter saja dari tempat semula.

Beberapa saat kemudian (lumayan lama sih, hehe...), teknisi selesai dan menyerahkan nota. Saya mengernyitkan dahi. Tidak percaya dengan angka yang tertera di sana. Rp. 25.000. Ha? Beneran? Nggak sampai 50rb? Saya jadi mikir, selama ini saya banyak membaca keluhan-keluhan pelanggan tentang mahalnya biaya pemindahan parabola, nah ini? 25rb, cyiinn.. Alhamdulillah... Oleh karena dari awal sudah saya niatkan 50rb, ya sudah saya serahkan selembar 50rb tersebut tanpa meminta kembalian.

Lalu, sekitar tanggal 20an bulan nopember lalu, kami memutuskan berhenti berlangganan ao*a. Lho kenapa? Jika pelayanan memuaskan, kenapa harus berhenti? Hmm, ini bukan soal pelayanan atau sejenisnya, tapi karena kami menemukan TV berbayar yang lebih hemat lagiiii (duh, dasar ibu-ibu, perhitungan buangett)… Tidak bermaksud berpaling darinya, tapi boleh donk kalau kami ganti suasana.

Nah, proses berhenti berlangganan ini pun sungguh tidak sulit. Jadi saya (sangat) sangat heran (lagi-lagi) jika banyak orang mengeluhkan besarnya biaya yang harus dibayar jika ingin berhenti berlangganan. Sekitar 150rb-an.

Saat googling, saya sempat menemukan tips agar terbebas dari biaya tersebut yaitu, biarkan saja tagihan tidak usah dibayar selama berbulan-bulan, sampai teknisi datang ke rumah untuk mengambil perkakas mereka, dan biasanya dengan begitu mereka tidak meminta biaya pencabutan melainkan hanya biaya bulanan yang tertunda saja. Tadinya saya berpikir untuk menjalankan ide konyol itu, mengingat sudah 2 bulan kami belum membayar. Tapi suami melarang, tidak baik katanya. Ya sudah, akhirnya tanggal 20an itulah, kami mendatangi kantor ao*a dan membayar tunggakan selama 2 bulan tersebut lalu menyampaikan keinginan untuk berhenti berlangganan. Si Mba bilang, pemberhentian akan dilakukan per tanggal 1, dan kami diminta untuk menunggu telefon dari pusat.

Dan tanggal 2 Desember telefon rumah berdering. Kami mendapatkan telefon tersebut. Suami saya yang mengangkat telefon, karena saat itu saya sedang ke luar kota bersama si kecil dan keluarga besar.

Berikut saya tuliskan obrolan suami saya dengan Si Mba dari kantor pusat. Sssttt… ini akan menjadi tips terbaik untuk berhenti berlangganan tanpa membayar dan tanpa berbuat curang.

CS : “Halo, selamat siang. Bisa bicara dengan Ibu Devina Listasari?”

Suami : “Iya. Saya suaminya, ada apa Mba?”

CS : “Ini saya mendapat laporan, katanya mau pindah dari paket Asyik ke paket Cihuy ya?”
(Strategi marketing. Padahal dia tahu kalo kami mo berhenti, hehehe…)

Suami : “Enggak, Mba. Justru ini saya mau berhenti berlangganan, Mba.”

CS : “Oh gitu ya, kenapa harus berhenti, Pak?”

Suami : “Ya gimana ya, ini kan udah masuk musim hujan, gambarnya seperti biasa sering hilang Mba, semula saya sih berharap ada peningkatan kualitas tapi ternyata masih sama aja.”

CS : “Oh gitu ya, baik Pak, kalau memang ingin berhenti berlangganan, Bapak harus membayar biaya pencabutan 150rb, Pak.”

Suami : “Saya sudah berlangganan setahun lebih masa nggak ada potongan, Mba?”

CS : “Memang segitu, Pak.”

Suami : “Gini deh, Mba, kalau misalkan saya beresi sendiri perkakas dari ao*a lalu saya kembalikan langsung ke kantornya, apa saya masih harus bayar, Mba?”

CS : “Oh kalau memang seperti itu, Bapak tidak perlu bayar, Pak.”

Suami : “Ok. Terima kasih.”

CS : “Iya, Pak. Sama-sama.”

Daaannn…

Finishing…

Dengan semangat ’45 suami saya melepas kabel, parabola, beberapa besi, membersihkan dekoder dari debu, dan beberapa aktivitas lainnya yang berhubungan dengan perkakas ao*a tersebut.

Dan hari ini. 4 Desember 2012, kami menyerahkan semua perkakas tersebut. Tanpa bayar, cyiinnn… Ah, suamiku memang cerdas, makin cinta deh, hehehe… Alhamdulillah, lumayan hemat 150rb, bisa buat traktir mie ayam kesukaannya, hayooo siapa mau ikutan??!!!

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini adalah : 
Jika kita ingin melakukan suatu hal, jangan terpancing dengan opini negatif dari orang-orang, belum tentu hal negatif yang terjadi pada orang lain juga akan terjadi pada kita. Intinya, selalu berpikir positif (^_^)

1 komentar: