Nada
terkikik membaca message dari Pak Johan, teman kerjanya.
“Jgn
lupa nanti makan siang, tungguin aq ya, cyk”
Langsung
dibalas
“Iya,
maap kmrn aq tinggalin, saii”
“Hmm…”
“Habisnya
kan nggak enak sm tmn2 kalo tiap hari qt keluar dr kantor barengan”
“Hmm…”
“Udah
gtu qt makan di kantin sll duduk sebelahan lg”
“Hmm…”
“Kmu
kok ham hem ham trs siy..”
“Iya
iya cyk, I love u”
Nada
melirik seseorang yang duduk tak jauh darinya, hanya berjarak sekitar tiga
meter dari meja kerjanya. Seseorang itu tengah tersenyum manis untuknya.
“Love
u too,” balas nada.
Bersamaan
dengan itu bb-nya bergetar-getar tanda adanya panggilan. Nada
mengangkatnya segera,
“Iya,
Pah, nanti Mamah tunggu di tempat biasa ya, jangan sampai telat, yaa…”
Hanya
sebentar Nada berbicara di ponsel, lalu dia terkikik lagi membaca bbm-nya.
“Suami
ya? Hmm, untunglah istriku nggak suka tlp di saat jam kerja gini ya cyk.”
…..
o0o …..
Vivian
mendelik saat tanpa sengaja menangkap basah tatapan seorang pria yang dulu
sangat mempesona baginya. Hanya sepersekian detik tiba-tiba all memorian about
him seakan berputar-putar di kepalanya. Satya.
“Vin,
apa kabar?” tanya sosok tangguh itu sembari mengulurkan tangan kekarnya.
Vivian
menelan ludah (tanpa sepengetahuan pria ini tentunya).
“Baik.”
“Kamu
sekarang tinggal dimana? Sudah merrid?”
Dan
Vivian hanya mengangguk pelan.
“Lama
ya nggak ketemu, kamu makin cantik, Vin!”
Vivian
tersenyum masam, lalu dengan sopan beranjak dari hadapan pria itu.
~Malamnya~
“Hi,
Vin, ini Satya. Udah tidur? Met tidur ya!”
SMS
dari nomer baru. Dari Satya.
“Bolehkah
aq berharap hadir di mimpimu?”
Satu
lagi SMS masuk di inbox ponsel Vivian.
Deg.
Debar yang sama ribuan hari yang lalu tiba-tiba saja hadir lagi. Debar yang
menceriakan hari-hari putih abu-abunya. Dengan orang yang sama.
“Vin,
aku kangen kamu!”
SMS
berikutnya hadir lagi. Tanpa sadar Vivian menggigit bibir bawahnya. Sejenak dia
menarik nafas panjang, lalu segera menonaktifkan hape-nya. Dia raih lengan
suaminya, lalu meringkuk di sana dan perlahan berusaha untuk memejamkan mata. Sulit memang. Tapi Vivian
sungguh tak mau terjebak dengan situasi seperti ini.
~Paginya~
“Yah,
Bunda mo ganti kartu ya?” ujar Vivian sembari menghidangkan secangkir kopi
untuk suaminya.
“Loh
kenapa?”
“Hm,
nomer Bunda yang ini suka diisengin sama orang yang nggak Bunda kenal.”
“Duh,
udah punya anak masih ada yang ngefans juga ya ternyata…” goda suami Vivian.
Vivian
hanya memberengut manja. Ah, andai kamu tahu, Yah, aku hanya ingin menghindari
masa laluku yang nggak penting itu!
“Iya
deh, iya, chayank,” suami Vivian menutup obrolan pagi itu dengan satu kecupan
mesra hinggap di kening Vivian.
Vivian
tersenyum lega
…..
o0o …..
Dalam
hidup berumah tangga, adakalanya kita bertemu dengan orang-orang seperti Pak
Johan atau Satya. Mungkin terkadang kita lengah, membiarkan mereka duduk santai
di ‘ruang keluarga’ kita, tanpa kita sadari bahwa mereka itu hanyalah tamu tak
diundang yang harus segera pergi dari ‘rumah’ kita.
Jika
orang seperti Pak Johan atau Satya datang dalam kehidupan kita, kita bisa saja
tiba-tiba kalap lalu menjelma menjadi Nada, tapi jika kita selalu berpegang
pada ajaranNya, yakinlah bahwa menjadi seperti Vivian adalah yang terbaik. Yuk,
terus belajar menjadi istri sholihah, Bunda ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar