Kamis, 04 Februari 2010

fakta warung tenda

.................
Tanpa isyarat sedikitpun, tiba-tiba garis arsiran mulai turun dari langit.
“Hujan!” teriakku kaget.
Spontan kutangkap tangan Ziyan dan menariknya untuk berlari menuju sebuah warung tenda terdekat. Kucarikan tempat duduk untuk Ziyan disisiku. Kupastikan Ziyan tidak akan terkena air hujan. Beberapa orang kemudian mulai berdatangan untuk ikut berteduh. Ditengah alun-alun kota memang agak susah menemukan tempat untuk berteduh saat hujan turun tiba-tiba seperti ini. Satu-satunya tempat, ya tentu saja di warung-warung tenda macam ini.

“Kopi krim dua, bang,” pesanku pada pemilik warung tenda.
Ziyan menatapku heran,
“Tumben?”
Aku hanya tersenyum,
“Situasi darurat,” ujarku sekenanya

Kulihat Ziyan tertawa tertahan. Mungkin memang terlihat aneh dimata Ziyan, aku yang biasanya makan en minum selalu ngikut dan samasekali tidak bisa menentukan pilihan, tiba-tiba malam ini bisa dengan tegas meneriakkan, “kopi krim dua, bang.”
Ya sudahlah...

“Dingin, Zhy?” tanyaku saat melihat Ziyan merapatkan tangannya.
Ziyan meringis. Kulepas jacket tebalku dan kusodorkan padanya.

Rabu, 03 Februari 2010

First love

Bayanganmu selalu di anganku
Walaupun dirimu tak akan pernah tahu
Bagaimana cara kuungkapkan
Tuk berkata suka kepadamu

Sanubariku yang rindu padamu
Bergetar selalu saat kehadiranmu
Bagaimana cara kuungkapkan
Tuk berkata cinta kepadamu

Mungkinkah
Kita saling berkata cinta (mesra)
Mungkinkah kau terima
Rasa sayangku padamu

Biarkan saja kusimpan cinta ini
Sampai saat nanti kuungkapkan
Biarkan saja kusimpan cinta ini
Sampai saat nanti kaupun tahu
Sampai saat nanti kaupun tahu

Bagaimana caranya
Untuk berkata padamu
Dan mengungkapkan semua
Rasa cintaku padamu

Lagu ini dulu jadi hitsku saat masih menginjak bangku es em pe. Syeneng banget baca lyricknya. Sederhana dan apa adanya. Tentang kisah cinta seorang cowok pada seorang cewek yang begitu besar namun tak kuasa menyampaikannya dan memilih untuk diam, menunggu sang waktu yang membuka semua tabir itu. Hihi, setidaknya itu yang kutangkap dari lyrick lagu ini.

Bertahun-tahun aku melupakan lagu ini. Sampai sekitar setahun yang lalu saat aku tengah ‘menyalurkan hobi’ dan sampai pada sebuah kejadian yang mengharuskanku menemukan lyrick lagu ini, aku kebingungan. Hingga saat itu aku masih menghafal lyricknya namun sama sekali tidak mengingat siapa yang menyanyikannya :’(

Sampai pada paragraf :
“Setelah semua kukeluarkan dari kotak besar itu, aku menemukan beberapa lembar kertas disana. Segera kuambil. Andai kutemukan sebuah Diary, mungkin pertanyaan-pertanyaanku tentang Putra akan terjawab, tapi sayangnya hampir semua cowok tidak menyukai benda tersebut dan tidak biasa menumpahkan isi hatinya pada lembaran-lembaran berbau wangi itu. Kecuali beberapa lyrick atau puisi ini yang mungkin bisa membantuku”

“Ada beberapa lyrick lagu lengkap dengan notasi gitar tertera disana. Kuambil secarik diantaranya saat aku sempat membaca sekilas lyrick lagu tersebut, sepertinya lyrick tersebut tidak asing dimataku. Aku mencoba menginga-ingat pemilik salah satu lagu yang ditulis Putra, yang sepertinya dulu juga sangat akrab di pendengaranku via Radio.”

Dan setelah itu aku berhenti menulis, aku sama sekali tidak mengingat siapa penyanyinya, aku hanya mengingat lagunya. Hingga kemudian kukosongi halaman tersebut. Lalu beberapa bulan yang lalu, tanpa sengaja aku menemukan lagu tersebut lagi via om google (makasih google), ternyata yang nyanyiin Yanni Libels. Huft, benar-benar satu nama yang tak sedikitpun kupikirkan. Kemudian kucoba cari video klipnya, hihi ternyata aku nggak berhasil menemukannya ^_^

First love...
“Kurasakan mataku berkaca-kaca lagi mendengar semua yang dikatakan Adel. Mungkin memang aku yang bodoh karena membiarkan Putra masuk kehidupanku lagi. Tapi apa Adel tidak mengerti juga bagaimana sulitnya melupakan cinta pertama? Seandainya yang datang kemarin itu adalah Dandy, kupastikan aku langsung bisa membuatnya hengkang dari hidupku. Tapi ini Putra. My first love. Orang asing yang pertama kali mengenalkanku pada perasaan suka pada lawan jenis, yang benar-benar menyentuh hati, yang kemudian hanya dengan sedikit pembicaraan dan senyum darinya sudah mampu membuatku terbang melayang seakan tengah menjadi bagian dari kisah-kisah romantis dalam sebuah dongeng dan selanjutnya aku merasa telah menjadi seseorang yang beda dari sebelumnya.”

First love...
Gimanapun kronologisnya
Endingnya selalu bisa jadi cerita
First love...
Gimanapun hati pernah disakiti karenanya
Endingnya selalu diceritakan dengan senyum tertahan
First love...
Gimanapun marahnya
Endingnya selalu melupakan semua kekecewaan itu
First love...
Ya seperti itu....
^_^

Selasa, 02 Februari 2010

Dibalik ujan

Hujan masih setia mengguyur bumi Surabaya. Gemericik suaranya menyambut kepergian senja yang tengah berganti malam. Kucuran air yang ditumpahkan olehNYA begitu segar membasahi tanah yang kering.

Ehm, aku sangat menyukai suasana seperti ini. Dengan ditemani secangkir kopi krimer plus pisang atau ketela goreng rasanya hujan yang mencekam terasa nikmat, terlebih jika ada senior dan juniorku menemani. Bahagia rasanya melihat ayah dan anak bermain bareng, berebut mainan, bermain gulat maupun berlatih membaca. Dengan begitu kegiatan ‘penyaluran hobi’ bisa terealisasi ^_^

Jika tengah melihat kedua milikNYA yang tengah dititipkan padaku itu, aku seperti tidak menginginkan apa-apa lagi, padahal keluarga kecilku tergolong belum menjadi keluarga yang berhasil. Belum mempunyai rumah sendiri, belum mempunyai kendaraan yang nyaman dipakai dan belum mempunyai apapun yang sewajarnya diinginkan oleh sebuah keluarga, entah apa namanya.

Sejak menikah hampir empat tahun yang lalu, sejak itulah aku menemukan apa arti cinta. Beberapa kali sebelum itu aku begitu ‘malas’ berhadapan dengan yang namanya cinta, hingga kemudian setelah menikah itulah cinta itu tercipta.

Jika ada yang bertanya padaku, apa arti cinta menurut versiku? Pasti kujawab, cinta hanya ada setelah kita menikah. Cinta sebelum menikah itu hanyalah kumpulan dari rasa ingin tahu, emosi, gengsi, dan nafsu. Nggak lebih dari itu.

Apa yang kita banggakan saat kita berpacaran dulu?

Mau nraktir, dapet uang dari ortu. Mau nonton, uang juga dari ortu. Beliin kado buat pacar, uang juga dari ortu. Mau ngapel, kendaraan juga minjem ortu. Ehm, terbukti kan kalo semua palsu ^_^

Sementara semua punya ortu, kita begitu bersikukuh mempertahankan sang pacar. Memikirkannya setiap saat, nelfon juga tiap menit (padahal ngisi pulsa juga pake uang ortu), lagi sibuk belajar, nyempat-nyempatin say hello sang pacar, ujung-ujungnya ngobrol nggak jelas sekian jam lamanya. Belum lagi kalo lagi ada masalah, nangis seharian, mata bengkak, muncul jerawat, rambut rontok, mulai nggak doyan makan, hingga nilai semesteran menurun. Hey, sadarlah, belum tentu orang yang tengah kamu tangisi itu yang akan jadi pendamping hidupmu. So, calm down, beibeh.

Kalo saat ini kamu emang lagi punya makhluk yang disebut pacar, standar aja memperlakukannya, tidak usah terlalu mengistimewakan, jadi seandainya dia bukan jodohmu, kamu nggak perlu mengidap satu penyakit yang biasa dikenal dengan sebutan ’stress’ ^_^

Bagi yang udah cukup umur, sebaiknya menikahlah. Dalam pernikahan itulah kamu akan temukan cinta yang sesungguhnya. Cinta yang apa adanya. Tanpa formalin dan tanpa bahan pengawet. Cinta yang bikin hati tenang. Cinta yang bikin senyum selalu mengembang. Cinta yang selalu membuatmu menyambut pagi dengan tarikan nafas lega. Bahkan, saat terjadi konflik sekalipun, kamu masih bisa makan dengan nyaman tanpa rasa takut kehilangan, karena kamu percaya bahwa dialah jodoh dunia dan akhiratmu.

Hanya jika kamu mencintai pasanganmu karenaNYA

nothing

Kudengar isak tertahan dari ujung telefon
Senyap mencekam untuk beberapa saat kedepan
Beberapa kali kutarik nafas dalam-dalam
Dadaku berdebar begitu kencang
Sakit tiba-tiba menguasai ruang hatiku
Hingga kurasakan tak ada sedikitpun celah untuk bisa kutenangkan diri...

Dua tahun yang lalu aku begitu sulit memaafkannya
Saat dia bercerita padaku lirih
bahwa dia telah menikah dengan seseorang
yang telah mempunyai pasangan hidup

Pertama, aku tidak bisa memaafkannya
karena sebagai sahabat dia tidak memberitahuku
tentang pernikahannya
Kedua, aku tidak bisa memaafkannya
karena dia harus memilih untuk menjadi istri kedua

Namun kemudian...
Seperti biasa, persahabatanlah yang kembali meluluhkan hatiku

Dan kini...
Beberapa menit yang lalu
dia mengatakan telah berpisah dengan suaminya
setelah dia melahirkan peri kecilnya...

Hatiku benar-benar terluka
Air mataku tumpah tak tertahankan
Tanpa dia tahu...

Masih kudengar sesengguknya...
Ingin rasanya berlari padanya
Memberikan semua waktuku untuknya
Sebagai media untuk menguratkan kekecewaannya
Menuangkan semua kegundahaannya
Meluapkan emosinya
Lalu berusaha menghapus semuanya...

Tapi apa yang bisa kulakukan sekarang?
Hanya memegang ponsel dan mengatakan satu kata saja,
“Sabar........”

Sahabat macam apa aku ini?

(dedicated to mama refa)