Selasa, 02 Februari 2010

Dibalik ujan

Hujan masih setia mengguyur bumi Surabaya. Gemericik suaranya menyambut kepergian senja yang tengah berganti malam. Kucuran air yang ditumpahkan olehNYA begitu segar membasahi tanah yang kering.

Ehm, aku sangat menyukai suasana seperti ini. Dengan ditemani secangkir kopi krimer plus pisang atau ketela goreng rasanya hujan yang mencekam terasa nikmat, terlebih jika ada senior dan juniorku menemani. Bahagia rasanya melihat ayah dan anak bermain bareng, berebut mainan, bermain gulat maupun berlatih membaca. Dengan begitu kegiatan ‘penyaluran hobi’ bisa terealisasi ^_^

Jika tengah melihat kedua milikNYA yang tengah dititipkan padaku itu, aku seperti tidak menginginkan apa-apa lagi, padahal keluarga kecilku tergolong belum menjadi keluarga yang berhasil. Belum mempunyai rumah sendiri, belum mempunyai kendaraan yang nyaman dipakai dan belum mempunyai apapun yang sewajarnya diinginkan oleh sebuah keluarga, entah apa namanya.

Sejak menikah hampir empat tahun yang lalu, sejak itulah aku menemukan apa arti cinta. Beberapa kali sebelum itu aku begitu ‘malas’ berhadapan dengan yang namanya cinta, hingga kemudian setelah menikah itulah cinta itu tercipta.

Jika ada yang bertanya padaku, apa arti cinta menurut versiku? Pasti kujawab, cinta hanya ada setelah kita menikah. Cinta sebelum menikah itu hanyalah kumpulan dari rasa ingin tahu, emosi, gengsi, dan nafsu. Nggak lebih dari itu.

Apa yang kita banggakan saat kita berpacaran dulu?

Mau nraktir, dapet uang dari ortu. Mau nonton, uang juga dari ortu. Beliin kado buat pacar, uang juga dari ortu. Mau ngapel, kendaraan juga minjem ortu. Ehm, terbukti kan kalo semua palsu ^_^

Sementara semua punya ortu, kita begitu bersikukuh mempertahankan sang pacar. Memikirkannya setiap saat, nelfon juga tiap menit (padahal ngisi pulsa juga pake uang ortu), lagi sibuk belajar, nyempat-nyempatin say hello sang pacar, ujung-ujungnya ngobrol nggak jelas sekian jam lamanya. Belum lagi kalo lagi ada masalah, nangis seharian, mata bengkak, muncul jerawat, rambut rontok, mulai nggak doyan makan, hingga nilai semesteran menurun. Hey, sadarlah, belum tentu orang yang tengah kamu tangisi itu yang akan jadi pendamping hidupmu. So, calm down, beibeh.

Kalo saat ini kamu emang lagi punya makhluk yang disebut pacar, standar aja memperlakukannya, tidak usah terlalu mengistimewakan, jadi seandainya dia bukan jodohmu, kamu nggak perlu mengidap satu penyakit yang biasa dikenal dengan sebutan ’stress’ ^_^

Bagi yang udah cukup umur, sebaiknya menikahlah. Dalam pernikahan itulah kamu akan temukan cinta yang sesungguhnya. Cinta yang apa adanya. Tanpa formalin dan tanpa bahan pengawet. Cinta yang bikin hati tenang. Cinta yang bikin senyum selalu mengembang. Cinta yang selalu membuatmu menyambut pagi dengan tarikan nafas lega. Bahkan, saat terjadi konflik sekalipun, kamu masih bisa makan dengan nyaman tanpa rasa takut kehilangan, karena kamu percaya bahwa dialah jodoh dunia dan akhiratmu.

Hanya jika kamu mencintai pasanganmu karenaNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar