Penulis.
Buku. Inspirasi.
Antologi pertama yang terbit |
Tiga kata yang sangat (sangat) ingin kupeluk erat-erat. Bangga kali ya
saat nama kita tertulis di cover sebuah buku lalu dipajang cantik di rak-rak
buku di beberapa toko buku gitu…
Hmm...
Saya
suka menulis. Terutama nulis diary (duluu). Semasa masih skul (es-em-pe dan es-em-a)
saya aktif sekali curhat di diary kesayangan. Cerita tentang banyak hal mulai
dari yang penting bin heboh sampai yang nggak penting bin nggak perlu ditulis (yaa
tapi tetap aja ditulis, hehe). Saat itu saya juga suka menulis cerpen. Cerpen yang
saya tulis biasanya seputar persahabatan dan cinta monyet. Yaa mungkin karena
masih putih-abu-abu, jadinya dua tema itu memang yang paling passs (^_^)
Beberapa
saya minta teman atau tetangga saya membacanya dan mereka biasanya saya
haruskan mengoreksi cerpen saya tersebut. Tapi bukannya kritik atau saran yang
saya terima, melainkan ehm apa ya namanya. Ehm sindiran atau guyonan gitu kali
yaa… Misal ni ya, saat saya nulis cerpen tentang persahabatan si A dan si B yang
kemudian berujung jadian, maka catatan yang saya terima dari teman saya adalah : “Ooo
ini cerita teman kita yang bla bla bla itu yaa…” kalau nggak gitu, “Kalau
dibikin cerita gini kok jadinya keren ya, bikinin donk…” hihihi… Hello, trus
mana ni kritiknya neng?? Ya sudahlah yaa…
Saat
kuliah saya juga masih suka sesekali menulis diary, namun hanya sebatas moment
penting yang patut dikenang atau hanya sebagai alarm saja. Misalnya, saya
menulis tentang begitu baiknya dosen pembimbing skripsi saya, begitu
menyenangkannya punya teman sekamar yang rajin bangun malam (otomatis saya juga
jadi terbangun), atau hal-hal seru bersama delapan sahabat kuliah saya yang
semuanya berjilbab (kecuali yang noni). Banyak. Banyak banget. Ugh, jadi ingin
merasakan kuliah dan punya genk lagi nih (dengan catatan kuliah tanpa adanya
tugas, hehe… nggak ada ya?!!)
Antologi kedua |
Hobi
menulis saya sempat terputus sekian tahun ketika saya lulus kuliah lalu
menikah. Bukan karena tidak diizinkan menulis oleh suami (lagian masa iya sih
menulis aja dilarang?), tapi lebih kepada nge-blank, hilang inspirasi, ga conect, lemot, atau
apalah istilahnya. Yang jelas dunia baru bersama suami tidak memberi saya ruang
untuk menulis. Semua tentang suami (^_^)
Hingga
kemudian lahir si kecil, semakin bertambah kesibukan saya di rumah. Saat itu
dunia saya hanya suami dan anak. Begitu setiap hari.
Sampai
di suatu malam saat saya harus begadang demi memenuhi haknya Habib (yaa apalagi kalo bukan ASI) tiap
dua jam sekali, saat itu, malam itu, saya berpikir untuk menulis. Saya tidak
ingat menulis apa. Yang jelas saya hanya kangen nulis. Itu saja. Dan tiba-tiba
juga saya sudah punya empat judul novel yang rata-rata berhalaman 100-150 lembar
spasi 1,5 dan kesemuanya sampai sekarang masih terbujur kaku di file, tanpa
berniat mengenalkannya pada khalayak. Jangan tanyakan apa saya tidak ingin
mengirimkan naskah tersebut ke penerbit? Ugh, pingin! Pingiinnn banget! Tapi saya
tidak cukup punya keberanian. Lebih tepatnya saya malu (^_*) Ya sudahlah yaa…
Antologi ketiga |
Sekitar
tahun 2010 saat saya sudah ‘mahir’ ber-facebook ria, saya mulai mengikuti lomba-lomba
menulis. Ya, yang ringan-ringan aja dulu. Buku antologi. Flash Fiction. Dan alhamdulillah
beberapa nyantol. Bisa naik cetak walau keroyokan. Baru tiga buku antologi yang
terbit saat ini. Ada dua sisanya yang belum tahu kepastian cetaknya kapan. Dan saya
tidak berharap banyak. Bukan karena saya setengah-setengah menggurat kata
'penulis' di cita-cita saya, melainkan saat saya menulis saat itulah saya seorang
penulis, walau hanya sebagian kecil saja yang membaca karya saya. Tapi inilah
saya, penulis. Penulis untuk diri saya sendiri. Setidaknya biarlah seperti ini
dulu, hingga 'gelembung' ini pecah lalu dengan pede membangunkan file-file lama
dari tidurnya yang sudah terlalu panjang.
Happy
writing, bunda (^_^)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar