Kamis, 06 Desember 2012

Saya (ingin menjadi) Penulis



                                                    Penulis. Buku. Inspirasi. 

Antologi pertama yang terbit
Tiga kata yang sangat (sangat) ingin kupeluk erat-erat. Bangga kali ya saat nama kita tertulis di cover sebuah buku lalu dipajang cantik di rak-rak buku di beberapa toko buku gitu…

Hmm...
Saya suka menulis. Terutama nulis diary (duluu). Semasa masih skul (es-em-pe dan es-em-a) saya aktif sekali curhat di diary kesayangan. Cerita tentang banyak hal mulai dari yang penting bin heboh sampai yang nggak penting bin nggak perlu ditulis (yaa tapi tetap aja ditulis, hehe). Saat itu saya juga suka menulis cerpen. Cerpen yang saya tulis biasanya seputar persahabatan dan cinta monyet. Yaa mungkin karena masih putih-abu-abu, jadinya dua tema itu memang yang paling passs (^_^)


Beberapa saya minta teman atau tetangga saya membacanya dan mereka biasanya saya haruskan mengoreksi cerpen saya tersebut. Tapi bukannya kritik atau saran yang saya terima, melainkan ehm apa ya namanya. Ehm sindiran atau guyonan gitu kali yaa… Misal ni ya, saat saya nulis cerpen tentang persahabatan si A dan si B yang kemudian berujung jadian, maka catatan yang saya terima dari teman saya adalah : “Ooo ini cerita teman kita yang bla bla bla itu yaa…” kalau nggak gitu, “Kalau dibikin cerita gini kok jadinya keren ya, bikinin donk…” hihihi… Hello, trus mana ni kritiknya neng?? Ya sudahlah yaa…

Saat kuliah saya juga masih suka sesekali menulis diary, namun hanya sebatas moment penting yang patut dikenang atau hanya sebagai alarm saja. Misalnya, saya menulis tentang begitu baiknya dosen pembimbing skripsi saya, begitu menyenangkannya punya teman sekamar yang rajin bangun malam (otomatis saya juga jadi terbangun), atau hal-hal seru bersama delapan sahabat kuliah saya yang semuanya berjilbab (kecuali yang noni). Banyak. Banyak banget. Ugh, jadi ingin merasakan kuliah dan punya genk lagi nih (dengan catatan kuliah tanpa adanya tugas, hehe… nggak ada ya?!!)

Antologi kedua
Hobi menulis saya sempat terputus sekian tahun ketika saya lulus kuliah lalu menikah. Bukan karena tidak diizinkan menulis oleh suami (lagian masa iya sih menulis aja dilarang?), tapi lebih kepada nge-blank, hilang inspirasi, ga conect, lemot, atau apalah istilahnya. Yang jelas dunia baru bersama suami tidak memberi saya ruang untuk menulis. Semua tentang suami (^_^)

Hingga kemudian lahir si kecil, semakin bertambah kesibukan saya di rumah. Saat itu dunia saya hanya suami dan anak. Begitu setiap hari.

Sampai di suatu malam saat saya harus begadang demi memenuhi haknya Habib (yaa apalagi kalo bukan ASI) tiap dua jam sekali, saat itu, malam itu, saya berpikir untuk menulis. Saya tidak ingat menulis apa. Yang jelas saya hanya kangen nulis. Itu saja. Dan tiba-tiba juga saya sudah punya empat judul novel yang rata-rata berhalaman 100-150 lembar spasi 1,5 dan kesemuanya sampai sekarang masih terbujur kaku di file, tanpa berniat mengenalkannya pada khalayak. Jangan tanyakan apa saya tidak ingin mengirimkan naskah tersebut ke penerbit? Ugh, pingin! Pingiinnn banget! Tapi saya tidak cukup punya keberanian. Lebih tepatnya saya malu (^_*) Ya sudahlah yaa…

Antologi ketiga
Sekitar tahun 2010 saat saya sudah ‘mahir’ ber-facebook ria, saya mulai mengikuti lomba-lomba menulis. Ya, yang ringan-ringan aja dulu. Buku antologi. Flash Fiction. Dan alhamdulillah beberapa nyantol. Bisa naik cetak walau keroyokan. Baru tiga buku antologi yang terbit saat ini. Ada dua sisanya yang belum tahu kepastian cetaknya kapan. Dan saya tidak berharap banyak. Bukan karena saya setengah-setengah menggurat kata 'penulis' di cita-cita saya, melainkan saat saya menulis saat itulah saya seorang penulis, walau hanya sebagian kecil saja yang membaca karya saya. Tapi inilah saya, penulis. Penulis untuk diri saya sendiri. Setidaknya biarlah seperti ini dulu, hingga 'gelembung' ini pecah lalu dengan pede membangunkan file-file lama dari tidurnya yang sudah terlalu panjang.

Happy writing, bunda (^_^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar