Sunyi.
Kedunya sibuk dengan kopi dan pikirannya masing-masing.
Dion melirik
sejenak cowok yang duduk tidak jauh darinya itu. Kesan ‘nakal’nya masih sama.
Celana jeans yang seharusnya tidak layak pakai melekat di tubuhnya dipadu
dengan kaos oblong jumbo. Serampangan. Diam-diam Dion mendesah. Jika cowok di
dekatnya ini memang seorang playboy, bukankah seharusnya ia menjaga penampilan,
tidak berantakan seperti ini. Apa yang cewek-cewek lihat dari cowok ini? Dan
Nayla? Apa yang sebenarnya Nayla suka dari seorang Nugie?
“Pernah
ketemu Nayla?” Tanya Nugie tiba-tiba seakan tahu saat ini Dion tengah
memikirkan Nayla.
“Oh...
enggak! Kamu?”
Nugie
tertawa sendiri.
“Pernah.
Sering malahan.”
Dion
mengernyitkan dahi.
“Sering?”
“Ya aku
sering melihatnya pulang dari kampus. Lihat aja sih. Jadi dia nggak tahu kalo
aku ada di sekitarnya.”
Nugie
tertawa, menyadari kelakuannya yang aneh.
Geblek! Sungut Dion dalam hati. Ia jadi teringat cerita
Nayla semasa SMA dulu bahwa ia beberapa kali melihat Nugie di tempat les gitar
yang tak jauh dari rumahnya. Ya. Aku
hanya lihat dia aja nglewatin rumahku gitu. Tiap jam lima sore. Jadi ceritanya,
aku selalu nunggu di ruang tamu sambil ngintip di gorden tiap jam lima sore.
Itu kata Nayla beberapa tahun
yang lalu yang disertai tawanya yang khas.
...............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar