Jika Ramadhan
tiba, maka sore hari menjelang malam sebelum berangkat tidur, Habib selalu
memberi saya pesan dengan bunyi yang sama, “Jangan lupa bangunin aku sahur lho,
Bun!” Dan bundanya selalu menyambut dengan ekspresif,
walau saya tahu, pesan singkatnya yang berupa kalimat perintah dan bernada semangat itu tidak sebanding dengan betapa
susahnya membangunkan Habib di waktu sahur, hihihi...
Style Habib kalo lagi sahur (^_^) |
Biasanya saya
membangunkan Habib menjelang imsyak. Kira-kira 15 menit sebelum imsyak dengan
pertimbangan, kasihan kalau dia harus bangun sebelum jam tiga pagi, walaupun
setelahnya pastilah tidur lagi. Hal pertama yang harus saya lakukan adalah,
tentu saja, membangunkannya. Saya biasa membangunkan suami dan anak saya dengan
serangan pipi. Maksudnya, saya membangunkan mereka dengan menciumi pipi mereka
secara terus menerus hingga mereka bangun.
Namun seperti
biasa, Habib pastilah hanya bergumam, “Sik tho, Bun,” dengan tetap memejamkan
matanya. Hmmm. Akhirnya saya langsung menggendong dan memindahkan tidurnya di
depan TV. Mengapa harus di depan TV? Karena di depan TV, saya bisa menyuapinya
tanpa ketinggalan melihat sinetron ramadhan favorit saya. Para Pencari Tuhan
(PPT). Walaupun saya bukan penggemar sinetron, tapi untuk PPT saya suka.
Kembali ke Habib.
Singkat kata, jadi, saya pun menyuapinya ketika ia masih dalam keadaan
tertidur. Hanya beberapa sendok, bahkan terkadang ia hanya makan roti atau
minum susu saja. Tapi alhamdulillah, saya suka semangatnya untuk belajar
berpuasa. Semoga tahun ini dipertemukan kembali dengan Ramadhan dan semoga Habib
semakin pintar puasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar