Senin, 10 Maret 2014

Belajar Sahur

Jika Ramadhan tiba, maka sore hari menjelang malam sebelum berangkat tidur, Habib selalu memberi saya pesan dengan bunyi yang sama, “Jangan lupa bangunin aku sahur lho, Bun!” Dan bundanya selalu menyambut dengan ekspresif, walau saya tahu, pesan singkatnya yang berupa kalimat perintah dan bernada  semangat itu tidak sebanding dengan betapa susahnya membangunkan Habib di waktu sahur, hihihi...

Style Habib kalo lagi sahur (^_^)
Biasanya saya membangunkan Habib menjelang imsyak. Kira-kira 15 menit sebelum imsyak dengan pertimbangan, kasihan kalau dia harus bangun sebelum jam tiga pagi, walaupun setelahnya pastilah tidur lagi. Hal pertama yang harus saya lakukan adalah, tentu saja, membangunkannya. Saya biasa membangunkan suami dan anak saya dengan serangan pipi. Maksudnya, saya membangunkan mereka dengan menciumi pipi mereka secara terus menerus hingga mereka bangun.

Namun seperti biasa, Habib pastilah hanya bergumam, “Sik tho, Bun,” dengan tetap memejamkan matanya. Hmmm. Akhirnya saya langsung menggendong dan memindahkan tidurnya di depan TV. Mengapa harus di depan TV? Karena di depan TV, saya bisa menyuapinya tanpa ketinggalan melihat sinetron ramadhan favorit saya. Para Pencari Tuhan (PPT). Walaupun saya bukan penggemar sinetron, tapi untuk PPT saya suka.

Kembali ke Habib. Singkat kata, jadi, saya pun menyuapinya ketika ia masih dalam keadaan tertidur. Hanya beberapa sendok, bahkan terkadang ia hanya makan roti atau minum susu saja. Tapi alhamdulillah, saya suka semangatnya untuk belajar berpuasa. Semoga tahun ini dipertemukan kembali dengan Ramadhan dan semoga Habib semakin pintar puasanya.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar