............................
“Ok. Seperti halnya sebuah exam, aku akan mulai mengerjakan dari hal yang paling mudah buatku. Nayla. Kenapa aku katakan mudah? Karena aku mengenal Nayla seperti aku mengenal diriku sendiri.” Dion tersenyum sembari menatap Nayla. Nayla hanya melirik sekilas lalu asyik dengan cangkir kopinya. Dehemen terdengar lirih dari arah Della dan Rina. “Tidak ada yang istimewa pada perempuan ini. Dia sosok yang nggak bisa dandan, nggak bisa masak, nggak pinter browsing, nggak fashionable juga.” Nayla mendelik. Kesal. Dion menahan tawa. “Tapi... apa persahabatan memerlukan itu? No! Kamu humble, baik, ringan tangan, perhatian, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku nyaman berada di dekat kamu. Dan itu membuatmu lebih dari sekedar istimewa. Kamu keajaiban bagiku.”
“Ok. Seperti halnya sebuah exam, aku akan mulai mengerjakan dari hal yang paling mudah buatku. Nayla. Kenapa aku katakan mudah? Karena aku mengenal Nayla seperti aku mengenal diriku sendiri.” Dion tersenyum sembari menatap Nayla. Nayla hanya melirik sekilas lalu asyik dengan cangkir kopinya. Dehemen terdengar lirih dari arah Della dan Rina. “Tidak ada yang istimewa pada perempuan ini. Dia sosok yang nggak bisa dandan, nggak bisa masak, nggak pinter browsing, nggak fashionable juga.” Nayla mendelik. Kesal. Dion menahan tawa. “Tapi... apa persahabatan memerlukan itu? No! Kamu humble, baik, ringan tangan, perhatian, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku nyaman berada di dekat kamu. Dan itu membuatmu lebih dari sekedar istimewa. Kamu keajaiban bagiku.”
#kangen sahabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar