Kamis, 21 Januari 2010

Poetry

Bicara tentang puisi pastilah berbicara tentang isi hati. Sebagian manusia merasa puas jika mampu menuangkan apa yang ada dalam pikirannya dalam bentuk puisi, entah itu tentang kehidupan, cinta, keluarga, persahabatan maupun kecintaannya pada Sang Pencipta.

Melalui penulisan kata yang lebih hidup, atraktif serta seolah memberikan ruh pada sesuatu yang seharusnya tidak bisa berbicara, melihat maupun mendengar, sebuah penulisan terasa lebih menyenangkan tertangkap oleh otak.

Aku jadi ingat sebuah puisi sederhana yang seseorang berikan untuk aku. Seorang yang bisa dikatakan so cool dan sama sekali nggak 'ngeh' sama yang namanya seni, ternyata bisa melukiskan kata hatinya melalui goresan. Bertahun-tahun yang lalu puisi itu kusimpan dan hanya aku yang tau tentang keberadaannya, tapi setelah sekian tahun pula dia hilang dan kurasa nggak begitu penting lagi untuk kupikirkan, aku ingin membagi puisi itu disini...


......
Siapa yang mengetuk pintuku...?
Membuat terjaga dari lelap tidur
Siapa dia...? Dan kenapa kubiarkan masuk

Dengan seenaknya dia duduk di kursiku
Kenapa tak sanggup kuusir dia...?
Sendirian dia membenahi rumahku
Kenapa aku diam saja...? Dan kenapa rumahku
Terasa nyaman sejak kedatangannya

Tak ingin dia pergi dari rumah
Walaupun seringkali kutinggalkan dia sendiri
Apa yang dipikirkannya...?
Saat pulangpun dia menyambutku...
Aneh... Sungguh aneh!

Siapa dia...?
Kurasakan keteduhan terpancar dari matanya
Dan saat bersamanya kudengar nyanyian alam...
Aneh... Sungguh aneh! Ini jarang terjadi...
Siapakah dia sebenarnya...?
Diakah utusan langit itu...?
Yang akan melangkah bersamaku
..........

Pertama kali membaca tulisan sederhana itu, aku ngggak yakin kalo yang bikin adalah seorang cuek yang sangat angkuh. Tapi dari is yang dia sampaikan jelas menggambarkan tentang seseorang yng telah menemukan sebuah cinta, namun dia masih ragu. Ketidakpercayaan bahwa cinta telah menghampirinya membuatnya tak berkutik. Keangkuhan hatinya lebih mendominasi daripada menerima kehadiran sang kekasih.

Ehm, itu hanyalah salah sau contoh dari bentuk puisi sederhana, yang sangat minim dalam penggunaan bahasa yang indah :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar